Press ESC to close

Pendidikan Alternatif: Upaya Menuju Gerakan Perempuan Berkemajuan

Oleh: Ikrima Maulida (DPD IMM Bali)

Pendidikan adalah sebuah transfer pembelajaran dan pengetahuan melalui kegiatan pengajaran, pelatihan, ataupun penelitian. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri sehingga memiliki kekuatan baik spiritual, kepribadian, dan kecerdasan, juga karakter yang baik. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas suatu bangsa. Sehingga setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, tak terkecuali perempuan.

Pendidikan bagi perempuan bukan hanya untuk membuat perempuan mencari pekerjaan yang baik tetapi pendidikan bagi perempuan tentu sebagai upaya pemberdayaan perempuan karena ketika perempuan bisa mengakses pendidikan, ia akan cerdas dan dapat mengubah dunia. Sebaliknya, jika
perempuan tidak mendapat akses pendidikan, ia akan terus tertinggal. Namun sayangnya masih banyak perempuan yang tidak dapat mengakses pendidikan. Padahal sejatinya laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama yakni sebagai subjek pembangunan. Hal ini tentu memiliki peranan yang sama dalam mendapatkan pendidikan. Dalam agama Islam pun sudah jelas bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mendapatkan pendidikan.

Sebagai seorang kader persyarikatan, tentu pendidikan dan kesetaraan gender menjadi perhatian yang juga penting. Spirit Islam berkemajuan yang tentunya menjunjung tinggi kemuliaan manusia tanpa diskriminasi antara perempuan dan laki-laki sudah seharusnya kita lanjutkan. Penguatan perspektif gender dalam pembangunan yang dapat dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan perempuan masih sangat relevan untuk diteguhkan. Relevansi itu juga sangat didukung oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Lewat deklarasi tujuh pilar, IMM menegaskan bahwa di poin keempat, meneguhkan bahwa gerakan IMM menjunjung tinggi martabat dan hak-hak perempuan sebagai ciptaan Tuhan yang mulia dan setara.

Hal ini tentu menjadi kekuatan untuk semakin meneguhkan gerakan nyata dan tidak hanya dilakukan di lingkungan Muhammadiyah saja. Pentingnya kesetaraan dan pengangkatan harkat martabat juga didukung oleh agenda keberlanjutan pembangunan yang terdiri atas 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satunya ialah mengenai kesetaraan gender dan pendidikan berkualitas. Kesenjangan di bidang pendidikan antara laki-laki dan perempuan masih nyata adanya. Hal ini terlihat dari capaian antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan yang masih terpaut cukup jauh perbedaannya. Secara nasional, diketahui bahwa tahun 2020 melek huruf pada penduduk perempuan yang berusia 15 tahun ke atas ialah sebesar 94,5%.

Hal ini berarti terdapat 5 dari 100 perempuan di Indonesia tidak dapat membaca atau menulis. Selain itu diketahui pula bahwa penduduk perempuan yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat sekolah dasar lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kemudian penduduk laki-laki yang tamat pada jenjang sekolah menengah atas lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesenjangan capaian pendidikan antara laki-laki dengan perempuan Tentu masalah mengenai pendidikan perempuan jika tidak diatasi akan memberikan dampak yang negatif. Perempuan tentu perlu mendapatkan pendidikan guna menjadikan perempuan pribadi yang memiliki pola pikir matang dan kritis sehingga nantinya dapat menjadikan perempuan itu pribadi yang bijak.

Terbentuknya pola pikir yang matang dan kritis tentu akan menjadikan perempuan dapat melihat sesuatu dari banyak sudut pandang. Hal ini tentu akan membuat perempuan dapat memutuskan sesuatu dengan bijak dan matang. Pendidikan bagi perempuan juga dapat menjadikan perempuan itu berdaya dan merdeka sehingga perempuan dapat mengetahui potensi yang ada dalam dirinya
dan mengembangkan potensi tersebut. Banyak sekali hal positif yang dapat perempuan peroleh dari pendidikan. Namun, masih banyak perempuan yang belum mendapatkan akses pendidikan dengan baik dikarenakan beberapa hal diantaranya yang pertama ialah faktor gender yang membuat perempuan
masih susah untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kemudian yang kedua kondisi ekonomi yang miskin membuat perempuan susah mendapatkan akses pendidikan. Ketiga ialah dikarenakan kurikulum di Indonesia yang masih bias gender.

Keempat, pendidikan formal di Indonesia belum mampu menjawab kebutuhan spesifik perempuan misalnya tentang reproduksi, gender, pemberdayaan diri, dan sebagainya. Melihat permasalahan tersebut, sudah seharusnya bisa menyadarkan kita sebagai kader IMM agar lebih peduli terhadap pendidikan perempuan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat pendidikan alternatif bagi perempuan. Pendidikan alternatif ini tentu sebagai langkah konkret atas permasalahan pendidikan bagi perempuan. Karena sejatinya pendidikan itu tidak hanya dilakukan di lingkungan
formal berupa sekolah saja. Tetapi pendidikan sejatinya ialah proses memeroleh informasi dan memberdayakan diri melalui kegiatan-kegiatan sehingga nantinya terjadi perubahan positif
yang relatif permanen. Pendidikan alternatif adalah sebuah istilah umum yang terdiri atas erbagai program-program pendidikan dan pembelajaran yang nantinya dihadirkan dengan berbagai
metode. Konsep pendidikan ini menjadi sebuah alternatif solusi untuk mampu membantu perempuan dalam hal pendidikan dan pembelajaran di lapangan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya perempuan yang tidak dapat mengakses pendidikan dikarenakan diantaranya faktor gender, kondisi ekonomi, kurikulum yang masih bias gender, dan pendidikan formal yang belum mampu menjawab kebutuhan spesifik perempuan.

Pendidikan alternatif ini dianggap lebih mampu untuk menjawab permasalahan dari perempuan. Pendidikan alternatif ini berdasarkan uraian (Mills et al., 2016) pendidikan alternatif yang dimaksud ialah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan fleksibel memungkinkan seseorang kembali pada rutinitas belajar. Terdapat dua tujuan pendidikan alternatif ini diantaranya: 1) semangat perempuan saling mendorong dan memberi kesempatan untuk maju dalam seluruh aspek kehidupan
walau di tengah keterbatasan akses; 2) merepresentasikan gerakan Islam dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid yang melahirkan perempuan dengan pemikiran yang maju sehingga dapat berperan aktif dalam seluruh aspek kehidupan serta berperan dalam kehidupan masyarakat. Kedua tujuan pendidikan alternatif ini nantinya akan menjadi pondasi untuk membuat kegiatan-kegiatan pendidikan dan pembelajaran bagi perempuan. Sehingga nantinya kaum perempuan akan mendapatkan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Tentu sebelumnya akan dilakukan observasi, wawancara, dan asesmen diagnostik terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi riil dari kaum perempuan.

Bentuk pendidikan yang nantinya diterapkan di sekolah alternatif ini terdiri atas pendidikan yang berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas. Muatan materi nantinya berangkat dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan di kehidupan sehari-harinya. Materi di dalam kelas nantinya akan membahas mengenai gender, kesehatan reproduksi, motivasi, manajemen keuangan, lingkungan, kesehatan dan gizi anak dan keluarga, parenting, menjadi teman belajar anak yang menyenangkan, berwirausaha, tanggap isu sosial politik. Sedangkan di luar kelas, nantinya akan diadakan seminar, diskusi, workshop, demonstrasi, dan lain sebagainya. Tentu kegiatan-kegiatan ini nantinya akan mengajak kerjasama dengan elemen pendukung lainnya sebagai fasilitator guna memberikan kebermanfaatan yang nyata. Dengan adanya sekolah alternatif ini nantinya diharapkan kaum perempuan mendapatkan hak pendidikan, mempunyai kontrol, akses, dan mampu berpartisipasi aktif dalam lingkungan sekitar. Selain itu, mereka juga akan memiliki pandangan yang terbuka, lebih mandiri, dan tentu berdaya.

Hal yang sudah saya lakukan ialah dengan kegiatan pondok Ramadhan untuk anak-anak full selama 3 minggu bulan Ramadhan dan adanya kegiatan fun learning untuk mengisi kegiatan liburan anak sekolah. Kedua hal ini tentu berangkat dari kebutuhan yang ada di masyarakat sehingga program yang dilakukan dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Program yang sudah dijalankan tentu perlu dilakukan evaluasi agar dapat terwujudnya program yang semakin baik. Oleh karena itu, tugas kader IMM adalah memberikan manfaat yang nyata di tengah kehidupan masyarakat dengan cara membaca apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, kemudian menganalisisnya untuk melahirkan sebuah program yang baik dan bermanfaat.

Gagasan ini diambil dari buku Gerakan Inklusif: Sumbangsih Pemikiran dalam Aktualisasi 7 Pilar Gerakan Inklusif Berkemajuan yang ditulis oleh salah satu kader perempuan dalam IMM.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

@Katen on Instagram
This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed with the ID 1 found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.