oleh: An-Najmi Fikri R
Pendidikan menjadi elemen yang penting dalam proses awal pertumbuhan manusia. Pemilihan pendidikan yang tepat terutama pada sejak dini akan membantu perkembangan seorang anak di masa depan. Mengutip apa yang dilontarkan Mahmud Yunus, bahwa adanya pendidikan berguna untuk mempengaruhi dan membantu anak demi meningkatkan ilmu, jasmani, dan akhlaknya.
Salah satu komponen pendidikan bagi anak berawal dari keluarga terutama orang tuanya. Keluarga bisa disebut sebagai pusat pendidikan pertama dan penting oleh seorang anak. Karena pendidikan melalui apa yang dicontoh dan diteladani berawal dari melihat, mendengar bahkan merasakan pendidikan yang diberikan oleh orang tua.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara Ayah dan Ibu. Budaya patriarki dan inferioritas yang menjadikan peran pengasuhan terutama pendidikan melekat pada perempuan dan laki-laki bertugas mencari nafkah, sering membuat stigma Ayah tidak perlu memikirkan ambil peran dalam pendidikan anaknya. Padahal kerjama kolektif akan memberikan pendidikan yang optimal bagi perkembangan anak. Kalau ada istilah “al-Ummu madrasatul al-Ula”, maka Ayah berperan sebagai kepala sekolahnya.
Keteladanan pendidikan oleh seorang Ayah sebenarnya telah dicontohkan oleh Al-Qur’an. Kisah ayah yang shaleh dan diabadikan namanya dalam sebuah surah yang bernama surah Lukman.
Pendidikan Lukmanul Hakim dalam Al-Qur’an
Pendidikan yang diberikan oleh Luqmanul Hakim dalam Al-Qur’an mencakup berbagai aspek kehidupan yang penting bagi perkembangan karakter dan moral anak. Nasihat-nasihatnya mencakup keimanan, ibadah, etika sosial, dan sikap mental yang baik. Mengajarkan nilai-nilai ini kepada anak-anak dapat membantu mereka menjadi individu yang beriman, berakhlak mulia, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan bijaksana.
Pendidikan Lukmanul Hakim kepada anaknya Q.S Lukman ayat 12-19. Setidaknya ada 8 pengajaran Lukman dalam ayat tersebut:
Pertama, syukur kepada Allah (Ayat 12). Luqman menekankan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan.
Kedua, larangan Syirik (Ayat 13). Luqman memperingatkan anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah, karena syirik merupakan dosa besar.
Ketiga, berbuat baik kepada orang tua (Ayat 14-15). Luqman menekankan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Bahkan ketika orang tua mengajak kepada kemusyrikan, berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak dengan syarat tidak meninggalkan ketaatan kepada Allah.
Keempat, kesadaran akan kehadiran Allah (Ayat 16). Luqman mengingatkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, bahkan perbuatan manusia yang sekecil biji sawi sekalipun akan diberikan balasannya di akhirat nanti.
Kelima,mendirikan Shalat (Ayat 17). Luqman menasihati anaknya untuk mendirikan shalat, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Karena shalat merupakan kewajiban utama seorang muslim yang berimplikasi pada moral dan akhlaq manusia.
Keenam, sabar dalam menghadapi cobaan (Ayat 17). Luqman juga mengajarkan pentingnya bersabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup. Karena tidak ada manusia yang diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan. Ujian adalah rasa kasih sayang Allah kepada Hamba-Nya yang mau senantiasa sabar dan taat.
Ketujuh, sidak sombong dan angkuh (Ayat 18). Luqman memperingatkan anaknya untuk tidak memalingkan muka dari orang lain dan tidak berjalan di bumi dengan kesombongan.
Kedelapan, sikap sederhana dan lemah lembut (Ayat 19). Luqman menasihati anaknya untuk bersikap sederhana dalam berjalan dan berbicara dengan suara yang lembut.
Pendidikan Inklusif dari Seorang Ayah
Prinsip dasar pendidikan yang diajarkan Lukmanul Hakim kepada anaknya dalam al-Qur;an adalah pendidikan yang inklusif. Pendidikan inklusif Lukmanul Hakim menjadi model pendidikan yang holistik dan mencakup berbagai aspek penting dalam perkembangan individu. Dialog, muatann dan keteladanan yang dikisahkan al-Qur’an antara Ayah dan seorang anak, memperlihatkan bahwa keterbukaan model pendidikan Lukmanul Hakim yang diajarkan kepada anaknya. Pendidikan model Lukmanul Hakim ini menunjukkan relevansinya terhadap model pendidikan inklusif.
Pertama, pendidikan berbasis nilai-nilai universal dan keadilan untuk semua. Kesyukuran yang memupuk sikap positif dari menghargai kehidupan dan ketauhidan kedudukan manusia adalah sama di hadapan Tuhan merupakan prinsip dasar dari pendidikan inklusif.
Kedua, menghargai perbedaan dan kepedulian dalam berbakti kepada orang tua mempromosikan sikap inklusif dan empati. Meyakini bahwa sikap inklusif tidak ada pendiskriminasian dalam pendidikan tanpa membedakan ras, agama, gender, disabilitas atau bahkan latar belakang sosial-ekonomi merupakan pokok dari pendidikan inklusif.
Ketiga, ibadah yang melahirkan partisipasi sosial dalam masyarakat. Perintah untuk mendirikan shalat tidak hanya sekedar sebagai ibadah ritual yang bersifat horizontal, tetapi berimplikasi sosial secara vertikal dengan hubungannya kepada manusia dalam berbuat kebaikan dan mencegah kapada perbuatan yang mencelakan.
Keempat, pengembangan moral dan etika. Pendidikan inklusif menekankan pada pengembangan karakter yang baik dalam budi pekerti dan akhlaq.
Nilai-nilai pendidikan inklusif Luqmanul Hakim membantu membentuk individu yang berakhlak mulia, beriman, dan mampu berinteraksi dengan berbagai macam orang dalam masyarakat yang beragam. Pendidikan ni menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang atau keadaan mereka.
Leave a Reply