Oleh: Renci
Darul Arqam Paripurna (DAP) oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) yang diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur pada Agustus 2023 telah berkontribusi melahirkan pemikiran perihal gerakan inklusif. Gagasan ini disemai dalam bentuk tulisan yang dihimpun dengan judul Gerakan Inklusif: Sumbangsih Pemikiran dalam Aktualisasi 7 Pilar Gerakan Inklusif Berkemajuan.
Buku ini merupakan ikhtiar peserta DAP Jawa Timur dalam berkontribusi atas gagasan inklusif yang diserukan oleh DPP IMM. Melalui buku ini, terhimpun puluhan tulisan yang terbagi menjadi 7 pilar gerakan inklusif.
Selain untuk mendorong kemampuan literasi kader IMM, inisiasi pembentukan buku ini juga diharapkan mampu menjadi sumbangsih gagasan untuk memperkuat wacana dan konsep gerakan inklusif berkemajuan yang dibangun oleh DPP IMM. 7 pilar yang digaungkan dalam karya ini antara lain; gerakan ilmu, gerakan ekonomi, gerakan politik, gerakan perempuan, gerakan lingkungan, gerakan adaptif digital dan gerakan kemanusiaan.
Isi buku ini sarat akan nilai-nilai inklusif yang perlu dijalankan dalam berbagai pilar gerakan IMM. Ditulis oleh 33 peserta DAP yang terbagi menjadi 7 bab ini berupaya membangun wacana gerakan inklusif apa saja yang perlu dilakukan oleh IMM ke depan.
Membedah buku Gerakan Inklusif
Sebagaimana disampaikan di atas bahwa buku Gerakan Inklusif ini berisi 7 bab. Di bab pertama, pembaca akan disuguhkan dengan tulisan bertajuk gerakan ilmu. Dalam pusaran gerakan ilmu yang diwacanakan pada buku ini berawal dari kegelisahan intelektual yang terjadi ditubuh IMM. Pada bab ini, terdiri dari 3 tulisan. Ada yang mewacanakan soal formulasi gerakan ilmu yang harus diperbaiki oleh IMM di masa mendatang, adapula yang mengajak untuk memasifkan gerakan literasi dan pusaran keilmuan IMM di kancah global.
Formulasi yang dituangkan pada bab 1 ini mengajak para pembaca terkhususnya kader IMM untuk terus merawat basis keilmuan dalam gerakan IMM sebagai modal untuk berdiaspora dan memberikan kontribusi nyata. Sesuai dengan ideologi IMM pada tri kompetensi maupun 6 penegasan IMM bahwa secara eksplisit gerakn ilmu adalah identitas dari gerakan IMM.
Bab selanjutnya yaitu bab 2 mencoba memberikan sumbangsih gagasan mengenai gerakan ekonomi di IMM. Berisi 6 tulisan oleh kader paripurna, dalam bagian ini tidak hanya membahas mengenai ekonomi praktis yang perlu dilakukan IMM melainkan gerakan ekonomi berkelanjutan.
Di bab ini pembaca akan diajak untuk menyelami gerakan IMM dari sudut pandang ekonoki, bahwa kemandirian kader IMM secara finansial juga diperlukan. Namun yang menjadi catatan penting adalah gerakan ekonomi tersebut disandarkan pada nilai-nilai Islam.
Bab 3 dalam buku ini membahas persoalan gerakan politik. Ada satu bahasan yang relevan ditengah kegagapan kebanyakan kader dalam memahami dan mempraktekkan gerakan politik. Ditulis oleh Harmoko, ia membarikan arus berpikir bagaimana IMM perlu bergerak secara politik tanpa tergerus dengan gerakan pragmatisme. Selain itu, ada beberapa tulisan lainnya sebagai bentuh sumbangsih pemikiran gerakan politik di tubuh IMM.
Selanjutnya, dalam bab 4 dibahas mengenai gerakan perempuan. Tema yang menjadi poin kelebihan dalam buku ini. Mengapa demikian? Karena gerakan perempuan diakui sebagai sebuah gerakan setara dengan gerakan-gerakan IMM yang lainnya. Ini membuktikan bahwa IMM begitu memperhatikan kesetaraan perempuan sehingga terdapat wacana gerakan perempuan berkemajuan.
Bab kelima pada buku ini mewacanakan persoalan gerakan pelestarian lingkungan. Bahwa IMM harus ikut serta dalam menjaga bumi dan melestarikan, ini sebagai amanah bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, sehingga perlu menjadi perhatian bahwa Muslim harus berkontribusi dalam mengawal keselamatan bumi dengan gerakan-gerakan kelestarian lingkungan yang digagas.
Keenam, pada buku ini juga mewacanakan gerakan adaptif digital. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hari ini kita diadapkan dengan arus teknologi yang begitu deras, maka IMM harus hadir dimuka publik untuk menghadirkan gerakan-gerakan yang selaras dengan perkembangan zaman tanpa menggerus ideologi gerakan IMM itu sendiri.
Terakhir di bab ketujuh pada buku ini gerakan kemanusiaan global. IMM sebagai salah satu ortom di Muhammadiyah perlu mengawal agenda-agenda kemanusiaan sebagaimana Muhammadiyah juga serius berkontribusi pada ranah tersebut.
Ketujuh wacana yang digaungkan pada buku itu perlu menjadi bahan referensi gerakan IMM mendatang. Bahwa hari ini, gerakan IMM harus tetap mengedepankan ketujuh pilar tersebut sebagai basis gerakan di tubuh IMM.
Leave a Reply