Oleh: Tamara Rizki (Kepala Tim Hukum & Kerjasama Bee.Bnb)
Pagi ini menjadi waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali semangat dengan melihat peran perempuan dalam mengatasi konflik sosial, terutama dalam melawan bullying. Fenomena bullying telah menjadi sorotan serius, dan di era media sosial, dampaknya bahkan terasa lebih luas. Bullying tidak lagi hanya terjadi secara fisik atau verbal; cyberbullying kini muncul sebagai ancaman besar bagi kesehatan mental, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa muda.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan bahwa kasus bullying terus menjadi perhatian utama dalam perlindungan anak di Indonesia. Pada tahun 2022, tercatat lebih dari 2.500 laporan kasus bullying, mencakup bullying fisik, verbal, hingga cyberbullying. Data ini mencerminkan bahwa 41% dari kasus tersebut terjadi di lingkungan sekolah, menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan intervensi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan individu yang memiliki keberanian untuk memimpin gerakan anti-bullying.
Di sisi lain, peran perempuan Indonesia memainkan peran penting dalam mengatasi masalah sosial ini, termasuk dalam melawan bullying. Banyak perempuan telah muncul sebagai pemimpin dalam gerakan anti-bullying, menunjukkan kepedulian dan kepekaan yang mendalam terhadap isu ini. Mereka mengambil peran aktif dalam menciptakan program intervensi di sekolah, memberikan dukungan kepada korban, dan mempromosikan nilai-nilai empati serta toleransi. Ketika perempuan menggunakan kepekaan sosial dan kemampuannya dalam mendidik untuk melawan bullying, mereka tak hanya menjadi sosok pelindung bagi para korban, tetapi juga menjadi penggerak perubahan dalam lingkungan mereka.
Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Gerakan Anti-Bullying
Salah satu pahlawan perempuan Muhammadiyah yang secara konsisten menyuarakan pentingnya melawan bullying adalah Siti Noordjannah Djohantini. Tokoh ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, sebuah organisasi perempuan di bawah Muhammadiyah yang memiliki kepedulian mendalam terhadap isu-isu sosial, termasuk perlindungan anak. Di bawah kepemimpinannya, Aisyiyah aktif dalam berbagai program penguatan karakter di sekolah-sekolah Muhammadiyah, khususnya untuk mencegah bullying. Program-program ini menggunakan nilai-nilai Islam untuk menanamkan empati, saling menghormati, dan menjaga persatuan di antara siswa.
Selain penguatan karakter, organisasi Muhammadiyah juga mendorong pendidikan inklusif yang mendukung pengembangan karakter yang menghargai perbedaan. Dengan menekankan empati dan toleransi, pendekatan ini bertujuan mencegah kasus bullying serta mengurangi dampak negatif yang diakibatkannya di lingkungan pendidikan.
Bee.BnB: Peran IMMawati dalam Gerakan Anti-Bullying
Gerakan anti-bullying di Indonesia juga diperkuat oleh komunitas-komunitas perempuan muda seperti Bee.BnB, yang didirikan oleh para IMMawati Tanggung Sumatera Utara, yakni Tamara Rizki dan Windi Khairunnisa, dalam forum Darul Arqam Paripurna Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Timur. Bee.BnB merupakan komunitas yang berfokus pada kesehatan mental, pemberdayaan pemuda, dan penanggulangan bullying, dengan fokus khusus pada pelajar dan remaja.
Bee.BnB telah bekerja sama dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Sumatera Utara. Khususnya pada tingkat sekolah dasar, untuk menyelenggarakan program edukasi yang mengembangkan karakter dan empati siswa. Melalui kerja sama ini, Bee.BnB membangun kesadaran tentang pentingnya melawan bullying dan menciptakan lingkungan yang aman di sekolah. Selain itu, Bee.BnB juga aktif mengadakan seminar anti-bullying bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Sumatera Utara, untuk memperluas pemahaman tentang bullying hingga ke komunitas yang lebih luas.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Bee.BnB memperlihatkan bagaimana komunitas perempuan muda mampu memberikan dampak signifikan dalam upaya penanggulangan bullying. Melalui pendekatan yang kolaboratif, Bee.BnB tidak hanya memberikan dukungan pada korban tetapi juga mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap isu ini.
Peran Laki-Laki dan Masyarakat dalam Gerakan Anti-Bullying
Meskipun perempuan memainkan peran yang sangat kuat dalam gerakan anti-bullying, penting untuk mengingat bahwa masalah bullying adalah isu sosial yang memerlukan kontribusi semua pihak. Laki-laki, sebagai bagian integral dari masyarakat, juga memiliki peran yang sangat besar dalam melawan bullying. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung menjadi pelaku bullying, terutama dalam bentuk kekerasan fisik. Oleh karena itu, peran laki-laki dalam mendidik sesama teman sebaya tentang pentingnya empati dan menghormati perbedaan juga sangat krusial.
Selain itu, masyarakat luas, termasuk orang tua dan pengambil kebijakan, harus ikut berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan bullying. Pemerintah dapat memperkuat kebijakan yang mendukung pendidikan karakter di sekolah dan memfasilitasi program pelatihan bagi guru dalam menangani kasus bullying. Kolaborasi antara perempuan, laki-laki, pemerintah, dan masyarakat akan memastikan bahwa gerakan ini lebih inklusif dan efektif.
Dampak Positif Program Anti-Bullying
Selain peran aktif perempuan dalam menciptakan program-program anti-bullying, penting untuk menilai dampak jangka panjang dari intervensi yang dilakukan. Misalnya, program-program yang dilakukan oleh Aisyiyah dan Bee.BnB telah menunjukkan hasil yang positif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman. Evaluasi yang dilakukan di beberapa sekolah menunjukkan peningkatan kesadaran siswa tentang pentingnya menghargai perbedaan dan menghindari tindakan bullying.
Namun, keberhasilan jangka panjang memerlukan komitmen yang konsisten. Dengan melibatkan semua lapisan masyarakat dan memanfaatkan teknologi untuk edukasi, perubahan yang diinginkan bisa tercapai.
Kesimpulan
Dari upaya yang dilakukan oleh perempuan di Muhammadiyah, Bee.BnB, hingga tokoh-tokoh nasional, terlihat bahwa perempuan memiliki peran yang sangat signifikan dalam memerangi bullying di Indonesia. Mereka tidak hanya memimpin dengan keberanian, tetapi juga menciptakan program-program yang langsung memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah. Di tengah tantangan dan dampak luas dari bullying, kehadiran perempuan sebagai pemimpin gerakan anti-bullying sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman, ramah, dan saling mendukung.
Namun, penting untuk diingat bahwa peran ini harus didukung oleh keterlibatan seluruh elemen masyarakat—baik laki-laki, perempuan, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Dengan kolaborasi yang kuat, gerakan anti-bullying dapat berkembang dan memberikan dampak yang lebih luas, menjadikan Indonesia sebagai tempat yang lebih aman bagi generasi penerus.
Leave a Reply